Kecerdasan emosional
mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan
untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi,
kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak
melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar
beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca
perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara
hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik,
serta untuk memimpin diri dan lingkungan sekitarnya. Ketrampilan ini
dapat diajarkan kepada anak-anak. Orang-orang yang dikuasai dorongan
hati yang kurang memiliki kendali diri, menderita kekurangmampuan
pengendalian moral.
Goleman (1997), mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti
dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan
diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang
tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih
mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya.
Lebih lanjut Goleman (1997) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional
adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri,
ketahanan dalam meghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda
kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional
tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat,
memilah kepuasan dan mengatur suasana hati.
Sementara Cooper dan Sawaf (1998) mengatakan bahwa kecerdasan emosional
adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan
daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang
manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk belajar
mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta
menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam
kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya Howes dan Herald (1999) mengatakan pada intinya,
kecerdasaan emosional merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi
pintar menggunakan emosi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa emosi manusia
berada diwilayah dari perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi, dan
sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasaan emosional
menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri
sendiri dan orang lain. Menurut Harmoko (2005) Kecerdasan emosi dapat
diartikan kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan
dengan tepat, termasuk untuk memotivasi diri sendiri, mengenali emosi
orang lain, serta membina hubungan dengan orang lain. Jelas bila seorang
indiovidu mempunyai kecerdasan emosi tinggi, dapat hidup lebih bahagia
dan sukses karena percaya diri serta mampu menguasai emosi atau
mempunyai kesehatan mental yang baik.
Sedangkan menurut Dio (2003), dalam konteks pekerjaan, pengertian kecerdasan emosi
adalah kemampuan untuk mengetahui yang orang lain rasakan, termasuk
cara tepat untuk menangani masalah. Orang lain yang dimaksudkan disini
bisa meliputi atasan, rekan sejawat, bawahan atau juga pelanggan.
Realitas menunjukkan seringkali individu tidak mampu menangani
masalah–masalah emosional di tempat kerja secara memuaskan. Bukan saja
tidak mampu memahami perasaan diri sendiri, melainkan juga perasaan
orang lain yang berinteraksi dengan kita. Akibatnya sering terjadi
kesalahpahaman dan konflik antar pribadi.
Berbeda dengan pemahaman negatif masyarakat tentang emosi yang lebih
mengarah pada emosionalitas sebaiknya pengertian emosi dalam lingkup
kecerdasan emosi lebih mengarah pada kemampuan yang bersifat positif.
Didukung pendapat yang dikemukakan oleh Cooper (1999) bahwa kecerdasan
emosi memungkinkan individu untuk dapat merasakan dan memahami dengan
benar, selanjutnya mampu menggunakan daya dan kepekaan emosinya sebagai
energi informasi dan pengaruh yang manusiawi.
Sebaliknya bila individu
tida memiliki kematangan emosi maka akan sulit mengelola emosinya secara
baik dalam bekerja. Disamping itu individu akan menjadi pekerja yang
tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan, tidak mampu bersikap terbuka
dalam menerima perbedaan pendapat , kurang gigih dan sulit berkembang.
Dari beberapa pendapat diatas dapatlah dikatakan bahwa kecerdasan emosional
menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri
sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan
dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. 3
(tiga) unsur penting kecerdasan emosional terdiri dari : kecakapan
pribadi (mengelola diri sendiri); kecakapan sosial (menangani suatu
hubungan) dan keterampilan sosial (kepandaian menggugah tanggapan yang
dikehendaki pada orang lain).
good artikel
BalasHapushttp://blog.binadarma.ac.id/imamsolikin